Resensi Kitab Mar'atus Sholihah, Sebuah Panduan menjadi Wanita yang Ideal di era Global


  Setelah rampung dengan resensi kitab 'Idzotun Nasyi'in, resentator kembali mengangkat kitab lain dengan pokok bahasan yang bertolak belakang dengan resensi sebelumnya. Jika pada bahasan lalu kita memfokuskan Pemuda sebagai objek tulisan, maka kali ini, kita akan membahas Wanita dalam kajian kitab "Mar'atus Sholihah".



Para pembaca yang budiman, barangkali sudak tidak asing dengan nama kitab yang satu ini? Lebih-lebih lagi kaum hawa yang mencari panduan untuk menjadi wanita ideal, mungkin kitab ini sudah menjadi referensi yang tepat. Tentu saja kitab ini cukup populer, baik di kalangan wanita biasa, atau bahkan di kalangan para santri putri. 



Kitab Mar'atus Sholihah ini, biasa menjadi salah satu cabang pelajaran di Pesantren-pesantren. Tentu saja pengkajinya adalah para Santriwati, karena kitab ini khusus membahas wanita. Namun, tidak jarang juga, ada beberapa dari kaum Santri yang mempelajari kitab ini sebagai referensi atau acuan untuk mendidik Istri mereka kelak.



Kitab Mar'atus Sholihah ini, disusun oleh Kyai Masruhan Al-Maghfuri, dengan total 64 halaman beserta lembar awal dan lembar akhir kitab. Berisi 15 pembahasan tentang sikap seorang wanita kepada banyak hal dan banyak orang. Mulai dari bagaimana bersikap kepada seorang Suami, hingga bagaimana seorang wanita bersikap pada rumahnya. Semua dibahas secara apik dalam kitab ini.



Pembahasan dalam kitab ini menggunakan model point, artinya tiap bahasan memiliki point yang rata-rata berjumlah 10-20 point. Penulisan kitab ini juga menggunakan aksara Arab pegon yang berbunyi Jawa. Lengkap dengan hafsah atau harakat agar mempermudah pembacanya dalam memahami maksud dan isi kitab. 



Sama seperti sistematika penulisan kitab-kitab lain, kitab Mar'atus Sholihah ini memiliki tiga bagian besar, yakni Muqaddimah, Pembahasan, dan Penutup atau Khotimah. Namun, pada halaman awal sebelum Muqaddimah, tertera sebuah hadits shohih riwayat Imam Muslim, Imam Ahmad, Imam Nasa'i, dari Abi 'Amru yang berbunyi : 



"Ad-dunya matā'un wa khoiru matā'iha Al-Mar'atus Sholihah" yang berarti dalam terjemah Indonesia-nya adalah "Dunia itu ibarat perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah Wanita" 



Dapat ditangkap, bahwa poin utana pembahasan kitab ini langsung disebutkan oleh muallif, yakni wanita. Pada halaman 3 dilanjutkan dengan penggambaran macam-macam hati manusia, menggunakan Ember dan keran air. Ember yang dilambangkan sebagai hati manusia, dan keran air yang dilambangkan sebagai nasihat yang didapat.



Pada pengibaratan pertama, nampak sebuah ember terbalik, dengan keran air di bagian pantat ember. Tertulis "Manah tiyang anti Tuhan". Digambarkan bahwa hati orang yang anti dengan Tuhan akan berbalik dan akan membelakangi nasihat, nasihat apapun yang dia dengarkan tidak akan masuk dalam ember atau hatinya, karena terbalik.



Dan bermacam-macam posisi ember dalam menerima air lainnya. Yang paling efisien adalah ember yang menghadap keran air, tanpa ada kerusakan atau kebocoran ember. Maka seluruh nasihat yang dia dapat, akan ditampung di dalam hatinya, dan orang yang memiliki posisi ember itu adalah Mar'ah Sholihah (Wanita yang berkelakuan baik).



Masuk pada bagian pembuka (Muqaddimah). Seperti kebanyakan muqaddimah pada kitab-kitab lain. Beliau, sang Muallif menghaturkan Puji dan Syukur kepada Allah, atas kelancaran yang dia dapat dalam penyusunan kitab tersebut. Beliau memberi pemahaman kepada pembaca betapa pentingnya mendidik dan memberi pengajaran kepada wanita masa kini, atas pentingnya mempelajari hal-ikhwal tata kerama menjadi wanita yang sholihah di masa kini.



Usai dengan pembuka yang beliau akhiri dengan harapan dan do'a, semoga kitab yang beliau susun mendapat Ridho dari Allah SWT dan beliau berharap semoga apa yang beliau susun daoat memberikan banyak kemanfaatan bagi bangsa Indonesia. Pembahasan dilanjutkan langsung pada bagian pembahasan. Pembahasan pertama diawali dengan Pemandangan Umum, maksudnya umum wanita masa kini. Ada 4 point yang ditulis dengan rapih oleh beliau menggunakan bahasa Jawa. Salah satu poinnya adalah



"Kaum wanito puniko, minongko cagakipun negari. Bilih Qoum wanito sahe, negari temtu dados sae lan bilih qoum wanito awon, negari inggih dadosipun awon." Nampak kentara sekali, bahwa beliau langsung pada poin pembahasan, yakni betapa pentingnya peranan seorang wanita bagi sebuah Negara. Jika Wanita baik, maka negara juga ikut baik, namun sebaliknya, jika wanita buruk, maka negara juga akan buruk. 



Pembahasan-pembahasan selanjutnya juga menggunakan bahasa yang sama, yakni bahasa jawa halus, langsung pada poin, tanpa penjabaran yang berbelit-belit, namun tetap ada pembahasan lanjutan yang terletak pada akhir halaman, jika pembahasan itu dirasa sulit dimengerti, maka pembaca sekalian bisa membaca makna lanjutannya, dengan memberi hafsah atau harokat sendiri, karena pembahasan lanjutan ini tidak dilengkapi dengan hafsah.



Berlanjut pada bagian akhir, yakni Pungkasan kitab (Khotimah). Pada bagian ini, Muallif memberikan amalan sederhana yang dapat dipraktekkan oleh seluruh orang, terlebih lagi bagi seorang Mar'ah Sholihah yang hendak menuju kesempurnaan dalam melaksanakan agama.  Ada 9 amalan yang dapat kita praktekkan dalam keseharian kita, salah satu yang paling sederhana namun sukit dibiasakan adalah "Membaca bismillah saat hendak melaksanakan sesuatu". Itu hak kecil, namun tetap saja sulit, jika belum terbiasa. Wallahu A'lam Bissowwāb ...

Oleh : Soleha Luluk Budi Astuti


Posting Komentar

0 Komentar