FAKTA-FAKTA TENTANG IMAM BUKHORI R.A. (1)

 


TOKOH PENGHIMPUN HADITS

Imam Bukhori adalah satu dari enam tokoh penghimpun hadits sahih yang paling terkenal, yaitu: Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Tirmidzi, Imam Nasa'i, dan Imam Ibnu Majah. Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah. Abu Abdillah Muhammad bin Ismail, kemudian terkenal sebagai Imam Bukhari, lahir di Bukhara pada 13 Syawal 194 H, dan merupakan cucu seorang Persia bernama Bardizbah.



AYAHNYA SEORANG ULAMA BESAR DAN AHLI HADITS YANG SANGAT WARA'.

Ayah beliau, Ismail, seorang ulama besar ahli hadits. Ia belajar hadits dari Hammad ibn Zayd dan Imam Malik. Ayah Bukhari, di samping sebagai orang berilmu, ia juga sangat wara' (menghindari yang syubhat/meragukan yang haram) dan taqwa. Diceritakan, bahwa ketika menjelang wafatnya, ia berkata: "Dalam harta yang kumiliki tidak terdapat sedikit pun uang yang haram maupun yang syubhat." Dengan demikian, jelaslah bahwa Bukhari hidup dan terlahir dalam lingkungan keluarga yang berilmu, taat beragama dan wara'. Tidak heran jika ia mewarisi sifat-sifat mulia dari ayahnya itu.



IBUNYA PERNAH BERMIMPI BERTEMU NABI IBRAHIM

Ia dilahirkan di Bukhara setelah salat Jum'at. Tak lama setelah bayi yang baru lahir itu membuka matanya, ia tidak bisa melihat apa pun, ia kehilangan penglihatannya. Ayahnya sangat bersedih. Ibunya yang sholihah menangis dan selalu berdo'a ke hadapan Tuhan, memohon agar bayinya bisa melihat. Kemudian dalam tidurnya, perempuan itu bermimpi didatangi Nabi Ibrahim yang berkata: "Wahai ibu, Allah telah menyembuhkan penyakit putramu dan kini ia sudah dapat melihat kembali. Semua itu berkat do'amu yang tiada henti." Maka, ketika ia terbangun, pengiihatan bayinya sudah normal.



BELIAU MERUPAKAN SEORANG YATIM

Ayahnya meninggal di waktu ia masih kecil, sang ayah juga meninggalkan banyak harta yang memungkinkan ia hidup dalam pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Dia dirawat dan dididik oleh ibunya dengan tekun dan penuh perhatian, tentunya tanpa figur Ayah.



BELIAU JENIUS DAN MEMILIKI DAYA HAFALAN YANG KUAT

Keunggulan dan kejeniusan Bukhari sudah nampak semenjak ia masih kecil. Allah menganugerahkan kepadanya hati yang cerdas, pikiran yang tajam, dan daya hafalan yang sangat kuat, terkhusus dalam menghafal hadits. Ketika berusia 10 tahun, ia sudah banyak menghafal hadits. Pada usia 16 tahun, ia bersama ibu dan kakak sulungnya mengunjungi berbagai kota suci, kemudian ia banyak menemui para ulama dan tokoh-tokoh negerinya untuk memperoleh ilmu serta belajar hadits, bertukar pikiran dan berdiskusi dengan mereka. Dalam usia 16 tahun, ia sudah menghafal kitab Sunan bin Mubarak dan Waki, juga mengetahui pendapat-pendapat ahli ra'yi (penganut faham rasional) lengkap dengan dasar-dasar dan madzhabnya.



KULIAH TIDAK PERNAH MENCATAT, TAPI HAFAL 15.000 HADITS

Rasyid ibn Ismail, kakaknya yang tertua menuturkan, Bukhari muda dan beberapa murid lainnya pernah mengikuti kuliah dan ceramah cendekiawan Balkh. Tidak seperti murid lainnya, Bukhari tidak pernah membuat catatan kuliah. Ia dicela karena dianggap membuang waktu dengan percuma sebab tidak mencatat. Bukhari diam tidak menjawab. Pada suatu hari, karena merasa kesal terhadap celaan yang terus-menerus itu, Bukhari meminta kawan-kawannya membawa catatan mereka, Tercenganglah mereka semua karena Bukhari ternyata menghafal dengan baik sebanyak 15.000 hadits, bahkan lengkap dan terperinci dengan keterangan yang tidak sempat mereka catat.



DI MAKKAH DAN MADINAH BELIAU MULAI MENYUSUN KITAB

Tahun 210 H, Bukhari berangkat menuju Baitullah untuk menunaikan ibadah haji, disertai ibu dan saudaranya, Ahmad. Saudaranya yang lebih tua ini kemudian pulang kembali ke Bukhara, sedang dia sendiri memilih Makkah sebagai tempat tinggalnya. Makkah merupakan salah satu pusat ilmu yang penting di Hijaz. Sewaktu-waktu ia pergi ke Madinah. Di kedua tanah suci itulah, ia menulis sebagian karya-karyanya dan menyusun dasar-dasar kitab Al-Jami'us - Shohih dan pendahuluannya. Ia menulis Tarikh Kabir-nya di dekat makam Nabi SAW dan banyak menulis pada waktu malam hari saat terang bulan. Sementara itu, ketiga buku tarikhnya, As-Shoghir, Al-Awsat dan Al-Kabir, muncul dari kemampuannya yang tinggi mengenai pengetahuan terhadap tokoh-tokoh dan kepandaiannya memberikan kritik, sehingga ia pernah berkata bahwa sedikit sekali nama-nama yang disebutkan dalam tarikh yang tidak ia ketahui kisahnya.



BERKELILING KE BERBAGAI NEGARA

Kemudian ia pun memulai studi perjalanan dunia Islam selama 16 tahun. Dalam perjalanannya ke berbagai negeri, hampir semua negeri Islam telah ia kunjungi sampai ke seluruh Asia Barat. Diceritakan bahwa ia pernah berkata, "Saya telah mengunjungi Syam, Mesir, dan Jazirah masing-masing sebanyak dua kali, ke Basrah empat kali, menetap di Hijaz (Mekah dan Madinah) selama enam tahun dan tak dapat dihitung lagi berapa kali saya mengunjungi Kuffah dan Baghdad untuk menemui ulama-ulama ahli hadits." Pada waktu itu, Baghdad adalah ibu kota negara yang merupakan gudang ilmu dan ulama. Di negeri itulah, ia sering menemui Imam Ahmad bin Hambal dan tak jarang ia mengajaknya untuk menetap di negeri tersebut dan mencelanya karena menetap di negeri Khurasan.




MERIWAYATKAN 80.000 PERAWI

Dalam setiap perjalanannya yang melelahkan itu, Imam Bukhari senantiasa menghimpun hadits-hadits dan ilmu pengetahuan serta tak lupa mencatatnya sekaligus. Di tengah malam yang sunyi, ia bangun dari tidurnya, menyalakan lampu dan menulis setiap masalah yang terlintas di hatinya. Setelah itu, lampu dipadamkan kembali. Perbuatan ini ia lakukan hampir 20 kali setiap malamnya. Ia merawi hadits dari 80.000 perawi, dan berkat ingatannya yang memang super jenius, ia dapat menghapal hadits sebanyak itu lengkap dengan sumbernya.



DI MANA-MANA BELIAU DIAGUNGKAN

Kemasyhuran Imam Bukhari segera mencapai bagian dunia Islam yang jauh, dan kemana pun ia pergi selalu dielu-elukan. Masyarakat heran dan kagum akan ingatannya yang luar biasa. Pada tahun 250 H, Imam Bukhari mengunjungi Naisabur. Kedatangannya disambut gembira oleh para penduduk, juga oleh gurunya, Az-Zihli dan para ulama lainnya. Imam Muslim bin Al-Hajjaj, pengarang kitab As-Sahih Muslim menceritakan: "Ketika Muhammad bin Ismail datang ke Naisabur, aku tidak pernah melihat seorang kepala daerah, para ulama dan penduduk Naisabur memberikan sambutan seperti apa yang mereka berikan kepadaku. Mereka menyambut kedatangannya dari luar kota sejauh dua atau tiga marhalah (+ 100 km), sampai-sampai Muhammad bin Yahya Az-Zihli berkata: barang siapa hendak menyambut kedatangan Muhammad bin Ismail besok pagi, lakukanlah, sebab aku sendiri akan ikut menyambutnya." Esok paginya Muhammad bin Yahya Az-Zihli, sebagian ulama dan penduduk Naisabur menyongsong kedatangan Imam Bukhari. Ia pun memasuki negeri itu dan menetap di daerah perkampungan orang-orang Bukhara. Selama menetap di negeri itu, ia mengajarkan hadits secara tetap. Sementara itu, Az-zihli pun berpesan kepada para penduduk agar menghadiri dan mengikuti pengajian yang dibawakan oleh Imam Bukhari. Ia berkata: "Pergilah kalian kepada orang alim yang saleh itu, ikuti dan dengarkan pengajiannya.



MENULIS DI SAMPING MAKAM NABI

Imam Bukhari tidak saja mencurahkan seluruh intelegensi dan daya ingatannya yang luar biasa itu pada karya tulisnya, seperti Sahih Bukhari, tetapi juga melaksanakan tugas itu dengan dedikasi dan kesalehan. la selalu mandi dan berdo'a sebelum menulis buku itu. Sebagian buku tersebut ditulisnya di samping makam Nabi di Madinah. Imam Durami, guru Imam Bukhari, mengakui keluasan wawasan hadits muridnya ini: "Di antara ciptaan Tuhan pada masanya, Imam Bukharilah agaknya yang paling bijaksana."

 


WAFATNYA  BELIAU

Suatu ketika penduduk Samarkand mengirim surat kepada Imam Bukhari yang isinya meminta ia supaya menetap negeri mereka. Maka, kemudian ia pergi untuk memenuhi permohonan mereka. Ketika perjalanannya sampai di Kartand, sebuah desa kecil yang terletak dua jarsakh sebelum Samarkand, dan desa itu terdapat beberapa familinya, ia pun singgah terlebh dahulu untuk mengunjungi mereka. Tetapi di desa itu, Imam Bukhari jatuh sakit hingga menemui ajalnya. la wafat pada malam Idul Fitri tahun 256 H dalam usia 62 tahun kurang 13 hari.

PESAN SEBELUM MENINGGAL

Sebelum meninggal dunia, ia berpesan bahwa jika meninggal nanti jenazahnya agar dikafani tiga helai kain, tanpa baju dalam dan tidak memakai sorban, dengan baik oleh rahmat dan ridha-Nya, Pesan itu dilaksanakan masyarakat setempat. Jenazahnya dikebumikan lepas Dhuhur, hari raya Idul Fitri, sesudah ia melewati perjalanan hidup panjang yang penuh dengan berbagai amal yang mulia. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan ridha-Nya. Wallahu alam....

Sumber refrensi akan di cantumkan pada bagian 2..

Posting Komentar

0 Komentar