Mengulas sekilas soal Tahlilan: Amaliah warga Nahdliyin yang di-bid'ah-kan

 


Sebagai warga Nahdliyyin yang berhaluan Ahlussunnah Wal Jamaah, saya merasa bangga sekaligus hina dengan notabene Kuno dan terbelakang yang diberikan oleh oknum-oknum yang mengaku dirinya paling modernis kepada NU. Bangga karena bagi saya, kuno itu bersedia menjaga tradisi dan ajaran lama yang masih bagus serta tidak kolot dan dengan senang hati menerima pembaruan (modernisasi). 



Hina karena definisi kuno yang mereka berikan itu tidak sesuai dengan realita yang terjadi di tubuh Nahdlatul Ulama masa kini. Iya, lah! Nggak sesuai! Coba deh lihat! Berapa banyak Profesor serta kaum cendekiawan yang berasal dari populasi Orang NU. Pak Ma'ruf Amin misalnya, apalagi yang bisa diragukan dari ketulenan beliau sebagai warga NU? Serta argumen apa yang bisa megalahkan kedudukan dan kehebatan beliau menjadi wakil pimpinan besar Negara Indonesia. Sesekali lihat beliau, tatap wajah beliau, dan rasakan kharisma beliau yang hebat bukan main menjadi orang nomor 2 di Indonesia setelah Pak Jokowi.  



Selain cap kuno yang berhasil membuat saya geram di atas, ada lagi hal lain yang juga tak kalah hebatnya membuat saya pusing tujuh keliling. Jadi begini saudara-saudara sekalian, beberapa amaliyah warga Nahdlatul Ulama itu dicap Bid'ah oleh oknum-oknum yang tidak saya spesifikkan 'siapa' nya, karena pembaca yang budiman tentu sudah tahu siapa mereka.



 Saya juga pusing memikirkan alasan mereka membid'ahkan amaliah kami, hadeuh yang bid'ah sebelah mana, ya? Tidak sesuai dengan ajaran Rasulullah? Di Al-Qur'an dan Al-Hadist tidak disebutkan? Melenceng dengan ajaran Islam? Astagfirullah (elus dada sambil tarik napas dalam-dalam) gini deh saya jelasin biar anda semua tidak salah interpertasi. Mulai dari yang mana dulu ya? Tahlilan dululah (Membaca La ilaha illallah).



Tahlilan merupakan masdar dari fi'il madhi 'hallala-yuhallilu-tahliilun' yang artinya membaca La ilaha Illa Allahu. Dari tahlilun kenapa menjadi talilan? Dari rafa' kenapa jadi nasab? Biasalah orang jawa mah gampang kalo mau membuat kata kerja, tinggal tambahi imbuhan an di akhir kata, selesai. Nah, dari artinya saja sudah jelas bahwa tahlilan itu untuk berdzikir, masih di bid'ah-bid'ahkan. Memangnya Allah melarang hambanya buat ingat sama penciptanya, ya? Wong yang lalai sama penciptanya saja suruh inget Allah kok, lha ini udah inget malah dibilang menyalahi syariat Islam. Dan sini tak kasih tahu apa saja yang diamalkan dalam Tahlilan, biar anda anda tidak salah memberi klaim kepada kelompok lain. 



Dalam tradisi jawa, Tahlilan dilaksanakan bersama-sama dalam sebuah acara hajatan, baik pernikahan, kematian, kelahiran, syukuran, hingga hajatan-hajatan lain. Nah, bacaannya juga diambil dari Al-Qur'an, seperti Surat Al-Ikhlas, Al-Fatihah, An-nass, Al-Falaq bahkan cuplikan surat Al-baqarah, dan disusun sedemikian rupa menjadi bacaan yang runtut dan khas dengan bumbu bumbu pemanis seperti Tasbih, Tahmid, istighfar hingga Do'a. Dan dibaca bersama-sama dengan satu orang sebagai pemimpin bacaannya, biasanya yang menjadi pemimpin adalah sesepuh desa/kampung tersebut.



Dalam acara-acara yang memberlakukan Tahlil sebagai prioritas bacaannya, juga berlaku sebuah tradisi, yakni memberi Shadaqah kepada orang-orang yang hadir dan turut menyumbangkan do'a. Biasanya, shodaqoh dalam acara hajatan hajatan tersebut berupa nasi dengan tetek bengek-nya, seperti sayur dan lauk, mulai dari Tahu hingga Ayam, yang kita sebut dengan Takir. Takir dalam dalam frasa jawa berkepanjangan 'Nata Pikir' atau menata pikiran, woah betapa hebatnya warga Nahdliyin memberi filosofi pada tiap hal yang mereka lakukan.



Dari penjabaran diatas, yang mananya si yang kalian sebut bid'ah? Kenapa harus berkumpul begitu? Kan sendiri sendiri juga bisa? Iya, sendiri juga tidak masalah, tapi kalau bersama bisa kenapa tidak? Seperti hidup, kalau bersama kamu bisa bahagia, kenapa tidak, gitu kan mas do'i? hehe. Alasannya sederhana saja si sebenarnya, kita ini diundang oleh shohibul hajat buat datang dan kasih do'a bersama-sama, pikir si shohibul hajat gini 'Kalau banyak yang do'ain pasti gampang terkabulnya, tapi masa udah kasih Do'a nggak dibalas apa-apa, kan kasihan. Nah (itulah pemrakarsa adanya shodaqoh),  dan yang paling penting dari adanya acara Tahlilan ini pasti menambah rasa sosial antar warga kampung' gitu, bang. 



Dan pikir si yang diundang kan seneng baget tuh mau dapet Rezeki, cuma ikut baca apa yang ada dalam Tahlil, pulang disangoni Takir, syukur syukur ada gocapnya (nggak berharap si cuma kadang kepikiran). Tapi dari bacaan sepele itulah, jangan anggap remeh khasiatnya, kalo versi obat ya tingkatannya udah sama kaya obat dari dokter level tinggi. Manjur banget buat ngabulin hajat, bener deh Fix no debat. 



Ada juga nih yang dibilang Bid'ah oleh mereka, dan hal ini juga pokok bacaan yang ada dalam Tahlil, yakni Kenapa saat membaca La ilaha Illa Allahu kudu geleng-geleng kepala? Kenapa ga diem aja? Gini lho kang, geleng kepala saat dzikir itu ndak diharuskan, tapi karena sudah menjadi kebiasaan di kalangan Warga Nahdliyin maka jadi seperti aturan tidak terulis. 



Nah penjelasannya begini, ketika manusia merasakan kenikmatan dalam sensor tubuh mereka, maka respon yang timbul dari kenikmatan itu berbeda beda. Sama halnya ketika mereka berdzikir kepada Allah, karena saking nikmatnya, maka respon yang mereka berikan juga secara refleks, secara alami yakni geleng geleng kepala, ya kali di masjid mau joget joget sambil tutup mata terus angkat jempol seperti orang denger musik dangdut kan ga mungkin. Jadi respon sederhana saat berdzikir kepada Allah ya pakai geleng kepala, gitu kang. 



 Nah begitulah cerita dari tahlil yang kalian Bid'ahkan, kami si sebenarnya tidak masalah dengan notabene itu, hanya saja benar atau tidak si notabene tersebut, apalagi setelah saya jabarkan mulai dari asal kata hingga apa saja yang dilakukan dan dibaca dalam tahlil. Sudah sebegini jauh, masih belum percaya? Masih mau menganggap semua itu Bid'ah? Masih mau melarang orang ingat sama Penciptanya? Monggo si tidak masalah, toh kami tidak rugi diberi cap Bid'ah oleh kalian semua, hanya saja mbok ya kalau mau kasih label itu tengok apa yang mau dilabeli, masa iya yang dijual Mi Ongklok yang dipromosikan Mi Ayam? Kan kurang relevan. 



Baiklah, semoga dengan adanya pencerahan ini, kalian semua tersadar dari mimpi buruk kalian yang burik, semoga lain waktu saya bisa kasih penjabaran soal amaliah Warga Nahdliyin lain yang juga kalian Bid'ah-kan, Sekian dan terima gaji eh terima kasih maksudnya hehe.

Oleh: Neng Santri

Posting Komentar

0 Komentar