RESENSI PEMBARUAN ISLAM YUDIAN WAHYUDI

 


Komparasi dengan Hasby Ash-Shiddiqiey, Hazairin, Nur Cholish Madjid, dan Quraish Shihab

Soleha Luluk Budi Astuti, Santri Pesantren Fatanugraha, Kauman-Wonosobo. 

Email: solehaluluk99@gmail.com (089681862132) 



Buku besutan Suka Press berjudul 'Pembaruan Islam Yudian Wahyudi', dengan sub judul Komparasi dengan Hasbi Ash-Shiddiqiey, Nur Cholish Madjid, Hazairin, dan Quraish Shihab ini merupakan sebuah antologi yang di dalamnya memuat esai-esai ilmiah serta jurnal-jurnal kritis yang pernah terbit di Media Online, hingga kemudian dicetak menjadi buku fisik oleh Suka Press. Ditilik dari segi judul, tentu saja buku ini telah berhasil memantik perhatian para kaum cendekiawan yang paham betul dengan sosok Prof. Yudian Wahyudi. 



Dari sub judul buku, kenapa pemikiran sosok fenomenal ini dikomparasikan, disandingkan bahkan dibandingkan dengan empat sosok pemikir kritis yang bahkan namanya jauh lebih merebak dibanding Prof. Yudian? Kenapa Prof. Yudian Wahyudi digadang-gadang sebagai sosok pembaru Islam? Kenapa sosok kontroversialnya dikaitkan dengan Prof. Nurcholish Madjid? Kenapa sosok Prof. Yudian Wahyudi disandingkan dengan sosok Quraish Shihab? Bahkan, Prof Hazairin dan Prof Hashby as-shiddiqiey yang lekat dengan pemikiran Fiqih Indonesianya juga disangkut pautkan dengan pemikiran Prof Yudian wahyudi? 



Maka, pembaca sekalian akan menemukan benang merah atas segala pertanyaan yang muncul saat membaca lembar demi lembar, tulisan demi tulisan yang tersusun rapi menjadi sebuah buku yang ada di tangan pembaca sekalian ini. Begitu banyak pertanyaan yang dipantik hanya dari Sub Judul buku, menggambarkan betapa fenomenalnya sosok Mantan Rektor UIN Suka yang sekarang tengah menjabat sebagai kepala BPIB ini.



Mengandung sebelas bahasan yang dikerucutkan oleh Tim penyusun menjadi tiga bagian utama, membuat buku ini lebih mudah dipahami oleh masyarakat yang 'agak' melek dengan peradaban. Disusun dengan sistematika yang apik nan rapi, membuat buku ini wajib menjadi salah satu koleksi pengisi Rak buku pembaca sekalian. Dan yang paling menarik adalah, ke-sebelas bahasan tadi, tentu tidak serta merta hanya ditulis oleh satu penulis saja, buku ini adalah antologi, maka ke-sebelas tulisan yang tersaji dalam buku tersebut juga tentunya ditulis oleh sepuluh penulis, dengan sudut pandang yang beragam, namun tetap tajam mengelupas berbagai fakta tentang sosok Prof. Yudian Wahyudi. 



Pada Bagian Pertama, Editor mengelompokkan 3 Tulisan bertema sama dan diberi sub bab berjudul 'Pembaruan Hukum Islam'. Pada sub bahasan pertama, Mansur mengisi kolom dengan pembahasan Fiqh Indonesia dan mengkomparasikan pemikiran Prof. Hasby Ash-Shiddiqiey dengan Prof. Yudian Wahyudi. Tentu saja, bagian pertama dari buku ini sudah berhasil menggebrak pemikiran banyak kaum cendekiawan yang paham betul dengan sosok Yudian Wahyudi, dimana sosok Yudian Wahyudi menyempurnakan pemikiran Prof. Hasby dan menjadikan hukum fiqh tidak hanya bersifat kaku, tapi juga elastis mengikuti kondisi geografis suatu tempat. 



Kolom bahasan kedua dan ketiga diisi oleh Yasin Yusuf Abdillah dan Ahmad Muslimin, dengan pokok bahasan tentang Teori Receptie yang dikemukakan sosok Prof tersohor bernama Hazairin dan teori yang dicetuskan oleh Sosok Yudian Wahyudi. Pada bagian ini, Prof. Yudian wahyudi bukan sebagai penyempurna, hanya saja beliau mencetuskan bantahan yang ditujukan pada Teori Receptie dengan konsep yang cukup kontras dengan bantahan yang dimiliki Prof. Hazairin. 



Jika Prof Hazairin mencetuskan Teori Receptie Exit untuk mematahkan logaritma teori Receptie, maka Prof Yudian Wahyudi menggeser sedikit si Teori Receptie ini menggunakan dalih Pancasila. Tentu saja pencetusan yang luar biasa. Dahulu, Teori Receptie ini beranggapan bahwa "Hukum Islam boleh ditegakkan di Indonesia setelah melalui Infiltrasi atau penyaringan dari Hukum adat terlebih dahulu" Tentu saja, teori tersebut sangat tidak dibenarkan oleh beberapa pemikir islam, seperti Prof Hazairin, itulah sebabnya beliau mengeluarkan teori bantahan bernama Teori Receptie Exit yang merubah total isi dari si Teori Receptie. 



Berbanding terbalik dengan Prof. Hazairin, Prof. Yudian Wahyudi justru sama sekali tidak merubah nilai-nilai dari Teori Receptie dan justru mengikuti alurnya tanpa membuat perubahan sedikit pun. Tentu saja itu yang membuat Prof. Yudian Wahyudi menjadi sosok yang berbeda dengan yang lain. Bahkan, dalam proses membantah si Teori Receptie ini, beliau berdalih menggunakan filsafat garam yakni "Bukankah garam tidak perlu menunjukkan eksistensinya untuk membuat sesuatu menjadi asin? Itulah mengapa substansi lebih penting dibanding kulit". Antara Prof. Hazairin dan Prof. Yudian Wahyudi, keduanya sama-sama membantah ketidak-sinkronan dari teori Receptie, namun keduanya memiliki konsep yang jauh berbeda. 



Kemudian, berlanjut pada bagian kedua, yang mana kolom kali ini diisi oleh Yan Yan Supriatman, Abdul Hakim Siregar, Ali Usman, serta Shulhan Alfinnas. Keempat penulis ini menjabarkan peranan dan pemikiran sosok Yudian Wahyudi di dunia Pesantren, lantas membandingkannya dengan Pemikiran Nur Cholish madjid. Editor menamai Bagian dua kali ini dengan 'Pembaruan Pendidikan Pesantren'. Tentu saja, sosok Yudian Wahyudi kembali menohok pemikiran Nur Cholish madjid dengan Praktik nyata yang dia lakukan. 



Prof. Nur Cholish Madjid tentu saja tampil dengan teori-teori menakjubkannya tentang bagaimana merancang pendidikan Pesantren yang baik dan efisien? Sistem dan Metode apa yang patut diterapkan di Pesantren? Materi ajar seperti apa yang musti diajarkan kepada Para santri? Hingga pengaruh Kyai pada para Santrinya di sebuah Pesantren. Beliau bahas dengan detail dan dalam, tak jarang pemikiran dan konsep yang dicetuskan oleh Nur Cholish Madjid ini selalu menciptakan paradigma baru bagi banyak lembaga Pesantren. Sayangnya, itu semua hanya teori. Prof. Nur Cholish Madjid tidak pernah memiliki Pesantren hingga hari ini, lantas bagaimana beliau merasakan efisiensi dari seluruh Pemikiran yang beliau cetuskan? 



Berbeda dengan Prof Yudian Wahyudi yang dengan terang-terangan mencetuskan berbagai konsep tentang Dunia Pesantren dan dengan cekatan menerapkan konsep yang dia rancang pada Pesantrennya yang kini berdiri Gagah di kota Yogyakarta. Dengan gaya khas congkaknya yang bahkan bisa dirasakan hanya dengan melihat tindakannya saja, Prof. Yudian Wahyudi berhasil melumpuhkan Argumen yang dicetuskan Prof. Nur Cholish Madjid. Lagi-lagi, beliau tampil berbeda dengan menggebrak paradigma banyak masyarakat tentang Pesantren. Lantas, apa yang membedakan kedua tokoh besar ini? Padahal diulas lebih jauh, keduanya sama-sama pernah mengenyam pendidikan di Pesantren, juga pernah menimba Ilmu di Universitas internasional ternama? 



Dilanjutkan dengan bagian terakhir yang diberi judul oleh Editor dengan 'Pembaruan Tafsir dan Ushul Fiqh. Kolom pada bagian ketiga ini diisi oleh Ali Usman, Sadari, M. Djiddin dan Sahiron, serta Lia Nur Fadhliyah yang membandingkan pemikiran sosok fenomenal sekaligus ahli tafsir Prof. Quraish Shihab dengan Prof. Yudian Wahyudi. Dalam pembahasan Tafsir, Prof. Quraish Shihab kadang tidak memperinci penafsirannya, yang membuat sosok Prof. Yudian Wahyudi memberi penafsiran yang berbeda dengannya. Tentu saja, sosok congkak yang mengagumkan itu berhasil membuat penafsiran dengan sudut pandang yang berbeda, membuat penafsiran yang dihasilkannya mudah dipahami dan lebih mendetail. 



Sejauh ini, kelebihan yang resentator tangkap dari segi fisik buku, tentu saja penyajian dan pengelompokkan yang dilakukan oleh Editor membuat mudah dimengerti. Tata letak dan desain sampul buku juga menarik, apa lagi pada Sub judul buku yang hanya dengan membaca sekilas telah berhasil memantik banyak pertanyaan di benak pembaca. Benar-benar luar biasa. Dan dari segi substansi bahasan yang terjabar di dalam buku tersebut, tentu saja yang resentator tangkap adalah bermacam-macam karakter tulisan yang meski berbeda tetap mengacu pada satu Objek fenomenal tersebut. Tiap penulis, memiliki cara penyampaian yang berbeda-beda, mereka memiliki keunikan dan kelebihan masing-masing. 



Untuk segi kekurangannya, hanya satu yang resentator temukan dari seluruh naskah, entah ini kesalahan yang dibuat editor atau penulisnya sendiri, terlalu banyak Typo yang di kemudian hari, resentator harap ada revisi ulang agar nyaman dibaca. Hanya itu, untuk segi isi naskah sendiri tidak ada hal signifikan yang nantinya akan mempengaruhi bahasan. Semua penulis menggunakan sudut pandangnya masing-masing untuk menggambarkan sosok fenomenal Prof. Yudian Wahyudi. Mereka tentunya memiliki banyak penilaian dan argumen yang menggambarkan sosok fenomenal tersebut jadi, sejauh ini resentator tidak menemukan kekurangan yang signifikan dari buku tersebut. 


Judul Buku: Pembaruan Islam Yudian Wahyudi 'Komparasi dengan Hasby Ash-Shiddiqiey, Hazairin, Nur Cholish Madjid, Quraish Shihab. 

Tebal Buku: 224 hal

Penerbit: Suka Press

Tahun terbit: 2021

Cetakan: Pertama, Mei 2021

ISBN: 978-623-7816-33-1

Editor & Penyusun: Khoirul Anam dan Biky Uthbek Mubarok


Tulisan ini merupakan hasil perlombaan yang diadakan pesantren Baitul Hikmah. Semoga hari anda menyenangkan ^^

Posting Komentar

0 Komentar